Monday, March 14, 2011

ANAKKU SAYANG 2

Selanjutnya, kegiatan bersetubuh dengan anakku mulai sering dilakukan. Meski anakku melakukan itu hanya karena ingin meniru apa yang dilakukan ayahnya terhadap aku, namun lama-lama karena terbiasa, anakku mulai berani meminta jatahnya sendiri.
Siang itu rasanya cukup membuat gerah tubuhku. Sehingga aku memutuskan untuk hanya memakai daster terusan tanpa lengan. Sampai bra dan CD pun tak aku pakai, karena rasanya tubuhku seperti menginginkan udara segar di suasana yang sangat terik. Namun meski begitu aku tetap mengenakan kerudung, barangkali ada tamu yang tiba-tiba berkunjung.
Seperti biasanya, jatah anakku tidur siang aku ingatkan padanya setelah ia pulang dari sekolah. Waktu itu anakku sudah berusia 6 tahun. Anakku yang penurut langsung mengikutiku masuk kekamar untuk aku kelonin. Pikirku sekalian saja aku tidur di hari yang benar-benar terasa memeras keringat saking panasnya.
Namun saat itu aku sedikit terkaget dengan permintaan anakku sebelum ia tertidur. Tiba-tiba ia merengek meminta bersetubuh denganku. Entah apa yang dipikirkannya, meski aku menolak keinginannya dengan halus ia tetap saja merengek. Karena pikirku sudah biasa dilakukan, akupun mengabulkannya.
"Ya udah, sekali saja ya sayang?" Kataku membolehkan, yang kemudian langsung direspon dengan anggukan oleh anakku.
Kemudian, anakku yang tinggi badannya sudah sepundakku langsung menindih tubuhku. Aku yang paham bahwa ia melakukan itu bukan karena nafsu birahi membiarkannya. Lagipula aku sendiri masih kurang mood bercinta siang itu. Sehingga aku hanya pasrah dengan apa yang dilakukan anakku itu mulai dari menaikkan daster terusanku itu sampai sebatas payudaraku, sampai dengan ia selesai melepas seluruh bajunya.
Iapun kembali menindih tubuhku dengan nafas tersengal. Puting kiriku langsung diemut dan dihisap sampai keluar susunya. maklum, sampai seumur itu aku belum menyapihnya dari susuanku. Sedangkan payudara kananku yang berukuran bra 36B itu diremas-remasnya untuk mainan sebagaimana biasanya. Namun yang aku sedikit bingung adalah penisnya yang sudah sedikit lebih panjang dari saat dia melakukan itu pertama denganku, ternyata sudah ereksi. Bahkan kulihat ketegangannya sudah melebihi batas, sampai-sampai kepala penisnya keluar dari kulupnya tanpa dibantu.
Dalam hati aku sedikit bertanya, "Apa dia sudah mulai punya keinginan bersetubuh dengan lawan jenis ya? Baru kali ini dia minta ngentot siang-siang. Kontolnya juga kelihatan sudah tegang dari tadi."
Namun kecemasanku bahwa anakku sudah mulai mempunyai nafsu segera kutepiskan, karena aku teringat kata-kata suamiku yang berkata bahwa anak laki-laki mulai berfantasi tentang seks saat ia berumur 12 tahun. Jadi kupikir ia masih terlalu jauh umurnya untuk sampai mempunyai keinginan menyetubuhiku.
Setelah kutepiskan kekhawatiranku, aku kembali memperhatikan tingkah polah anakku diatas tubuhku. Kubelai rambutnya dengan penuh perhatian dan kasih sayang sebagai ibu. Merasakan belaianku, anakku terlihat seperti sedikit tersengat kaget. Mulutnya yang sedari tadi menghisapi putingku, dialihkan agar ia bisa menjamah leherku. Nafas menderu anakku dileherku membuatku sedikit merinding.
Penisnya yang masih terlihat kecil buatku itu semakin sering menjamah belahan vaginaku. Aku yang sudah merasa lelah dan tidak ingin ia menyetubuhiku lama, membuatku berinisiatif meraih penis kecil anakku. Aku langsung arahkan saja penisnya ke mulut liang senggamaku. Ia yang merasa penisnya sudah siap tembak langsung dihentakkan agar bisa langsung melesak.
"Ehhhss..." Desisku saat penisnya disodok kasar dan langsung melesak penuh didalam liang senggamaku yang belum basah oleh cairan sedikitpun. Sedikit perih memang, namun jika dibandingkan dengan penis ayahnya, masih lebih menyakitkan ayahnya yang mempunyai penis lebih besar.
Begitu ia merasa penisnya berhasil melesak masuk dengan mantap, ia langsung menggenjot vaginaku dengan kecepatan penuh sampai tubuhku terhenyak-henyak. Nafasnya di leherku terasa berdengus-dengus  sampai spontan aku lepas kerudungku agar anakku leluasa dalam mencium leherku. Kedua kakiku juga aku kangkangkan, agar ia dalam melakukan sodokan-sodokan penis bisa lebih leluasa. Namun anakku malah mengaitkan kedua kakiku itu dan membuat kedua kakiku menjepit pinggulnya yang terus bergerak naik turun dengan sangat cepat.
Seperti itulah anakku siang itu menjamah, menggenjot dan menyetubuhi aku dengan gagahnya. Bolak-balik mulutnya berpindah-pindah dari leherku ke putingku untuk menyusu dan sebaliknya. Meski vaginaku mulai mengeluarkan lendir karena perbuatan anakku, aku sama sekali tidak berusaha menikmatinya. Karena bagiku, kenikmatanku dalam bercinta memang saat melihat laki-laki yang ada diatas tubuhku saat itu mengerang dan mencapai klimaksnya. Apalagi yang saat itu sedang menggagahi aku adalah anakku sendiri, yang otomatis sangat aku sayangi.
Sampai akhirnya anakku merintih padaku, "Bu, aku kebelet pipis."
"Ya udah, Pake bajumu, terus pipis. Dan habis itu bobo ya?" Jawabku pada anakku sambil membelainya yang meski begitu terus menggenjotkan penis kecilnya itu di dalam liang peranakanku.
"Nanti saja bu, kalo sudah kebelet banget. Aku masih pingin naik turun." lanjut anakku dan membuatku tersenyum akan kepolosannya.
Waktu itu aku sama sekali tidak punya pikiran aneh-aneh meski gerakan anakku kurasakan semakin kuat dan cepat. Sehingga aku malah semakin lembut membelai rambutnya. Sampai akhirnya aku merasakan penis kecil anakku berkedut-kedut. Tanpa sadar pula otot-otot vaginaku bereaksi dengan kedutan itu dan berkontraksi menjepit penis kecil anakku.
Anakku kemudian menaikkan tubuhnya dan menumpukan beban tubuhnya ke kedua tangannya yang didirikan dikedua samping kepalaku. Penisnya dipaksa masuk lebih dalam, persis seperti saat ayahnya hendak orgasme dan hampir mendapatkan klimaksnya. Dan sekali lagi aku tidak merespon sampai sejauh itu. Dalam pikiranku waktu itu hanya melayani apa yang dilakukan anakku agar ia mau menurutiku tidur siang.
Kedutan penis anakku kurasakan semakin keras, dan sodokan penisnya didalam vagina yang telah melahirkannya pun semakin kasar dan memaksa agar bisa memasuki tubuhku lebih dalam lagi. Tanpa sadar aku membantunya dengan memegangi pinggulnya dan ikut mendorong-dorong bokongnya. "Ughh..." desahku menahan rasa yang kudapatkan dari anakku.
Dan akhirnya, "Crett.. Crett.." Kurasakan ada cairan yang hangat membasahi rongga menuju rahimku. Rasanya deras sekali menyembur-nyembur. Anakku sendiri kelihatan menghentak-hentak hebat sampai mendongakkan kepalanya keatas sebelum akhirnya terkulai dalam pelukanku.
"Enghh... maaf bu. Aku tadi pipis didalam memek ibu." Kata anakku dengan nafas tersengal.
Aku yang mengira anakku memang benar-benar kencing di dalam liang senggamaku tersenyum mendengar apa yang dikatakannya. Sehingga aku menjawab dengan bercanda sambil menyuruhnya agar cepat-cepat menyusu agar cepat tertidur siang, "Ya udah. Kalo gitu langsung bobo saja sekarang. Nih, biasanya sambil mimik kalo mau bobo?"
Setelah ia tertidur diatas tubuhku, aku sempatkan lepaskan penis kecilnya yang sudah mengkerut di dalam liang senggamaku. Kugulingkan tubuh anakku agar tidak menindihku. Dan saat aku hendak membenahi daster terusanku yang sudah acak-acakan sehabis melayani anakku bersetubuh denganku, aku kaget setengah mati.
Kurasakan ada cairan hangat yang mengalir keluar dari mulut vaginaku. Waktu kulihat cairan yang keluar berwarna putih kental, aku langsung sadar bahwa anakku baru memasukkan spermanya ke dalam rahimku.
Akupun sedikit panik karenanya, namun aku yang saat itu percaya dengan perkataan suamiku, bahwa anak laki-laki mulai punya keinginan bersetubuh saat ia berusia 12 tahun membuatku yakin bahwa meski anakku telah memasukkan spermanya ke dalam rahimku, tidak akan mungkin menghamiliku.
Namun sayangnya setelah dua bulan berlalu perkiraanku salah. Anakku yang masih berusia 6 tahun itu sukses menaruh benih janin di dalam rahimku. Aku tahu itu adalah hasil dari persetubuhanku dengan anakku, karena saat aku melakukannya siang itu, suamiku sedang bekerja diluar kota selama 3 bulan. Dan saat suamiku pulang, aku sudah mengandung janin berumur sebulan.

4 comments: